Translate

Minggu, 24 Mei 2015

"SEJARAH CANDI AGUNG AMUNTAI"

Candi Agung Amuntai merupakan sebuah situs candi Hindu peninggalan Kerajaan Nagaradhipa (Nagara Dipa). Candi Agung Amuntai terdapat di Desa Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi Agung Amuntai dibangun oleh Ampu Jatmaka abad ke-14. Menurut Hikayat Banjar, Ampu Jatmika berasal dari Keling. Ia tiba di tanah Banjar bersama armada Prabayaksa, sekitar tahun 1355 . Veerbek berpendapat bahwa Keling, yang termasuk kerajaan vasal dari Majapahit, terletak di barat daya Kediri, bukan Kalingga di India. Paul Michel Munos dalam Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Senanjung Malaysia (401 dan 435), menulis bahwa Ampu Jatmika mendirikan Nagaradhipa pada 1387 dan berasal dari Majapahit. Diduga Ampu Jatmaka menjabat sebagai mantri sakai di Nagaradhipa, bukan sebagai raja Nagaradhipa. Hal ini terjadi, seperti telah disinggung di atas, karena Ampu Jatmika bukan keturunan bangsawan dan bukan pula keturunan raja Kuripan (kerajaan sebelum era Nagaradhipa). Dengan begitu, Ampu Jatmaka diperkirakan hanya sebagai Penjabat Raja atau Pemangku Kerajaan. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Nagaradhipa berdiri pada 1438 di persimpangan tiga aliran sungai: Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar ini diperintah oleh Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Mangkubumi (Patih) Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai. Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa. Banyak pengunjung yang datang ke Candi Agung Amuntai untuk sekadar berekreasi. Banyak pula yang bertujuan ziarah. Maklum di areal candi ini terdapat makam kuno. Kalau Anda ke Kota Amuntai, luangkan waktu untuk melihat candi ini. Meski berbeda dengan candi yang ada di Jawa, namun keberadaannya jelas memberikan informasi tentang keberadaan candi di Kalimantan. Hikayat Banjar Hikayat Banjar diwariskan secara tuttur lisan yang sampai saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat Banjar. Orang-orang “modern” akan menganggap cerita hikayat ini tak lebih sebagai sebuah dongeng karena banyak kejadian yang diceritakan di dalamnya berada di luar jangkauan akal manusia. Namun, ternyata dari Hikayat Banjar ini diperoleh keterangan tentang keberadaan Candi Agung Amuntai dan Candi Laras (Margasari Rantau) yang tentu merupakan informasi berharga sebagai pijakan untuk melakukan penelusuran terhadap keberadaan dua candi tersebut. Alkisah, seperti dituturkan dalam Hikayat Banjar, sebuah pelayaran dilakukan oleh Ampu Jatmaka dengan armada Prabayaksa. Ampu Jatmaka merupakan seorang saudagar dari Keling, yang sebelum pergi diwasiati oleh orangtuanya agar ia harus bersinggah di suatu wilayah yang berhawa panas, dan akhirnya ia menyinggahi Amuntai karena hawanya dirasa sesuai dengan wasiat itu. Karena Ampu Jatmaka menganggap dirinya hanya seorang pedagang bukan anak raja, ia membangun sebuah tempat untuk tinggal yang sekarang dinamakan Candi Agung. Dan untuk melambangkan dirinya sebagai raja maka ia membuat sebuah patung replika dirinya yang pembuatnya langsung didatangkan dari Cina. Ampu Jatmaka mempunyai dua orang anak: Ampu Mandastana dan Lembu Mangkurat (Lambung Mangkurat ). Kemudian Lambung Mangkurat dijadikan Patih Kerajaan. Suatu saat Lambung Mangkurat berpikir bahwa tidak lengkap kalau Kerajaan Dipa tidak memunyai seorang raja. Karena itu ia bertapa di daerah Ulu Banyu (kini Sungai Nagara) selama 40 hari 40 malam dan pada malam terakhir pertapaannya sebuah petunjuk gaib datang bahwa ia harus menyediakan 40 jenis makanan dan 40 jenis kue beserta iringan day

Tidak ada komentar: